Profile Desa Batu Panco RejangLebong

REJANG Lebong tidak hanya memiliki obyek wisata alam yang indah. Yang tak kalah menarik untuk dikunjungi adalah obyek wisata budaya. Salah satu obyek wisata budaya yang layak untuk disambangi adalah Cagar Budaya Batu Panco.

Cagar Budaya ini berupa batu berukuran besar sekitar 1 x 2 meter, terletak di tengah pemakaman umum di Desa Batu Panco, Kecamatan Curup Utara.

Menurut Ketua BMA Batu Panco Hanafi Rodi, dari cerita yang ia peroleh secara turun temurun selama 6 generasi, ada dua versi cerita tentang Batu Panco ini. Kisah pertama, konon, pada zaman dahulu, ada seorang Hulubalang berasal dari Pesisir (kini Bengkulu Utara) yang ingin menguji kesaktiannya. Sudah beberapa pendekar dari berbagai daerah di
Bengkulu ini yang ia kalahkan. Konon si Hulubalang ini mendengar ada tokoh sakti bernama Tik Ukam bermukim di
daerah Tubei (sekarang Kabupaten Lebong).

Ia bermaksud ingin menguji kehebatan Tik Ukam. Namun, saat melintasi daerah Batu Panco, ia bertemu dengan seorang Depati (Kades) bernama Poyoak Puteak. Depati ini menasihati si Hulubalang agar mengurungkan
niatnya untuk menantang Tik Ukam.

“Tik Ukam ini tokoh yang sangat sakti. Lebih baik kau urungkan saja niatmu untuk menantangnya,” Depati Poyoak
Puteak menasihati.

Alih-alih mendengar nasihat, Hulubalang ini justru bertambah emosi. Dan dia berkukuh ingin meneruskan niatnya menantang Tik Ukam. Depati Poyoak Puteak pun merasa sedikit kesal. Soalnya, Tik Ukam ternyata masih kerabat
dekat Depati Poyoak Puteak.

“Kalau begitu, sebelum kau menantang Tik Ukam, kau hadapi aku dulu,” ujar Hanafi, menirukan ucapan Depati.

Singkat cerita, setelah disepakati, Hulubalang dan Depati ini mengadu kesaktiannya di atas sebuah batu yang saat ini disebut Batu Panco itu.

Mereka berdua melakukan adu panco. Depati berdiri di atas batu, sedangkan Hulubalang berdiri di tanah. Setelah tangan mereka beradu, tiba-tiba dari tangan Hulubalang itu mengeluarkan darah banyak sekali. “Bahkan sampai saat ini bekas tetesan darah itu masih membekas di Cagar Budaya Batu Panco ini,” kata Hanafi.

Singkatnya, Hulubalang ini kalah sakti dengan Depati Poyoak Puteak yang bernama lain Liku Bermano itu. Dari peristiwa itulah akhirnya masyarakat desa setempat menamai situs budaya itu dengan Batu Panco.

Versi kedua, dahulu Batu Panco ini kerap dijadikan sebagai tempat bermusyawarah bagi ?á4 Hulubalang dari 4 wilayah yakni: Batu Panco, Dusun Sawah, Lubuk Kembang, dan Perbo. Di batu besar ini mereka kerap berembug soal pengaturan wilayah dan pembagian kewenangan. “Istilah dulunya tempat Bececoh atau bahasa sekarangnya itu tempat bermusyawarah. Jadi, dari istilah Bececoh inilah nama Batu Panco itu diperoleh,” papar Hanafi.